Seperti ada yang mengacak-acak isi kepala, entah siapa pelakunya.
Dicari dari ujung reruntuhan gedung sampai rumah tak bertuan, belum ada jawaban.
Sunyi ini menelanjangi tubuh-tubuh yang berserakan.
Kembali bulan menyoroti hal-hal jauh yang sulit dijangkau bola mata.
Bulir-bulir saksi kehancuran menemui kerapuhan yang masih mencoba utuh.
Di antara bayangan-bayangan semu, seseorang berdiri dengan kepala menunduk, kedua tangan menutupi wajah, badan yang bergetar tersedu.
Kertas-kertas berjatuhan di tanah kosong, yang sebentar lagi penuh pengakuan.
Bertinta darah dibalut kasa yang gagal membungkusnya.
Gambar wajah itu kembali muncul, wajah tersenyum yang menahan irisan-irisan luka.
Gagal lagi, ya? Tanyanya dalam sepi tak berpenghuni.
Selamat tinggal yang belum juga datang.
Besok ada apa, besok kita di mana, besok besok besok, kita siapa?