Jangan (terlalu) Menunggu

Zee
2 min readFeb 5, 2020

--

Photo by Adrien Olichon on Pexels

“Jangan menungguku pulang, ya”

Pesan singkat yang selama ini selalu menjadi alasannya tidak bisa nyenyak tidur setiap malam.
Ia adalah sosok laki-laki yang menjadi idola di kampusnya tetapi terbelenggu dengan satu perempuan sederhana yang menurutnya sangat spesial bernama Renjana.

Ia tidak pernah paham mengapa Anna (panggilan khusus) selalu mengatakan jangan pernah menunggunya. Padahal, perkara menunggu itu sepenuhnya menjadi kebebasannya.

Hampir setahun menunggu kabar Anna. Suatu waktu sepulang bekerja, ia melihat surat tergeletak di lantai teras rumah.

Surat dari Anna,

Apa kabar? Semoga surat ini sampai di waktu lengang karena aku takut mengganggu aktivitasmu yang super padat itu.
Kalau masih sering telat makan, kamu akan menerima kebahagiaan dan kesedihan sekaligus; badanmu yang menjadi penyakitan dan perusahaan obat maag yang semakin laris haha.
Jangan rindu bercanda denganku Ger. Nanti kamu kesusahan sendiri.
Jangan juga memaksaku bermain instagram atau sosial media lainnya, aku tidak akan pernah siap.
Mungkin bisa saja kapal akan berlabuh tepat pada tempat yang telah ditentukan.
Penantianmu pun demikian, bisa saja kamu menantiku di stasiun atau bandara seperti biasanya.
Tapi, belum tentu perasaan ini akan berlabuh selamanya disana.
Kau belum tentu, aku belum tentu.

Jadi, jangan terlalu menungguku, Ger.

Salam,
Anna

Dan pipinya basah setelah hampir bertahun-tahun ia berjanji tidak akan pernah menangisi sesuatu lagi.

Memang berjanji tidak akan pernah mudah dilakukan.

--

--

Zee
Zee

Written by Zee

I captured each moment through the art of writing

No responses yet