Di Bawah Lindungan

Zee
2 min readJan 14, 2024

--

Matahari terbit dari arah Timur menyoroti setiap sudut-sudut di bumi. Hangatnya membuat manusia-manusia terjaga untuk memulai hari dengan wangi sedap bunga-bunga yang bermekaran di depan rumahnya. Pukul 06:00 pagi ketika seorang perempuan mengitari lorong-lorong jalanan rumahnya dengan mendorong kereta bayi — sebuah momen yang menyadarkan peran barunya akan kehadiran malaikat kecil yang kini sedang tertidur lelap, jiwa suci yang akan selalu ia rindukan pada akhirnya.

Kicauan burung-burung semakin membuat kesadarannya penuh akan hal-hal yang selalu coba ia syukuri selama perjalanannya menemukan — keberadaan saat ini yang ternyata bentuk perwujudan lantunan doa-doanya di waktu silam, menjadi nyata. Betapa baiknya Tuhan telah menjaganya dari segala lebur dan hancur — atas perlakuan orang-orang di masa lalu yang kini membentuknya menjadi perempuan tangguh dan selalu mencoba berhati-hati dalam gerak-geriknya. Orang-orang yang telah banyak memberinya beribu kebaikan untuk mengajarkannya cara mencintai diri, bahwa ia akan selalu pantas untuk dicintai. Atas kesalahan-kesalahan yang diperbuat, memacunya terus belajar terbuka untuk mengakui segala bentuk kekurangan bahwa ia hanya manusia kecil yang akan selalu berusaha menjadi lebih baik sampai nanti ia menemukan garis akhirnya.

Banyak waktu tersisa yang ia habiskan dengan berbincang dari hati ke hati bersama Ibunya — sesuatu yang selalu ia inginkan, percakapan hangat dan manis sebagai upayanya untuk saling memiliki dan mencintai. Segala bentuk luka dan tangis yang akhirnya ia rilis setelah disimpannya bertahun-tahun dalam kesendiriannya, dan ia ambil segala bentuk pesan baik darinya. Ia habiskan masa kecil dengan mengernyitkan alis yang terkadang diiringi isak tangisnya. Beruntung hanya ada seribu tawa yang tersisa saat ini, yang sering ia bagikan untuk mereka yang ia cinta, yang mencintainya, yang ia sakiti, yang menyakitinya.

Tempat-tempat gelap berhasil ia lewati dengan menggenggam seberkas cahaya di tangannya yang kosong, hanya berisi ketulusan doa-doa Ibu, selamanya akan ia simpan dalam batinnya. Tepat saat ini ia berdiri menuju tempat lindungan terbaik berbekal pesan-pesan hangat yang ada dalam laci ingatannya.

— 1998

--

--

Zee
Zee

Written by Zee

I captured each moment through the art of writing

No responses yet