Rehat Experience

Zee
2 min readDec 29, 2020

--

Tahun 2018, waktu pertama kali dimana album ‘Mantra Mantra’ keluar. Salah satu lagu yang saat ini sedang saya nikmati dengan khusyu' berjudul ‘Rehat’.

Mungkin terdengar telat ya, tapi siapa pula yang menciptakan sekat-sekat waktu seperti itu. Hari dimana lagu ini tersebar luas, lingkungan sekitar saya sedang ramai membicarakan betapa lagu ‘Rehat’ ini membantu sesuatu yang bertubrukan di dalam kepala mereka mampu terdefinisikan dengan jelas, cukup dengan sebuah lagu berdurasi 5 menit 55 detik versi audio. Saat itu, saya belum menikmati lagu ini. Dua tahun setelah lagu ini sering diputar, hampir setiap hari saya mendengar di cafe-cafe, mini market, kios-kios, sampai di lingkungan kampus juga masih terdengar lagu berjudul ‘Rehat’ ini. Saya tidak bosan, tentu. Tapi, saya juga belum menikmatinya.

Kemudian 2020 datang dengan berbagai hiruk pikuk yang tebilang cukup rumit. Bagi saya sendiri, 2020 disibukkan dengan perjalanan memerjuangkan sebuah gelar — yang entah seperti apa saya akan bertanggung jawab dengan gelar itu. Di dalam proses pengerjaan final project, saya menemukan ketenangan saat lagu ini tidak sengaja terputar di youtube. I just found this song by accident and it’s the best accident ever. Saat pikiran sedang digerayangi beribu pertanyaan, keraguan, dan ribuan perasaan lainnya yang sulit terdefinisikan, saya dipeluk dengan lirik dari lagu ‘Rehat’ yang isinya; Tenangkan hati, semua ini bukan salahmu. Jangan berhenti, yang kau takutkan tak akan terjadi. Saya jadi bertanya-tanya, berapa banyak energi yang dikeluarkan untuk menulis lagu dengan lirik seperti itu. Indah.

Ketakutan saya terhadap kelulusan, ekspektasi akan kekecewaan orang lain, serta keraguan dalam diri perlahan pudar. Pusaran air di dalam kepala perlahan ditenangkan dengan alunan musik yang tidak kalah indahnya. Perpaduan yang pas. Lagu ini yang akan selalu diingat karena menjadi andil dalam proses saya mengejar gelar.

Tahun ini pula, saya mencoba mengingat setiap kesalahan yang telah saya lakukan, khususnya terhadap diri sendiri. Saya banyak menyakiti diri saya sendiri, baik batin ataupun raga beberapa tahun kebelakang. Kemudian memori-memori dalam otak saya sedang menyalakan mesinnya untuk kembali pada kejadian beberapa tahun silam. Ia sedang memutar bagian saat saya meghardik diri sendiri bahkan sampai menenggelamkan diri sendiri. Begitu hancurnya saya saat itu, kekeruhan yang sulit sekali dikuras oleh siapapun—kecuali diri sendiri. Tapi saya sama sekali tidak menyesali, saya bangga bisa melewati masa-masa kelam itu. Satu hal yang saat ini baru saya pahami, saat lagu itu keluar, saya belum mau melihat diri saya seutuhnya sebagai manusia — yang bisa berbuat kesalahan, bisa menjadi rapuh.

Terima kasih Kunto Aji, apresiasi terbesar untuk ‘Rehat’ yang membawa saya berenang menuju tempat yang lebih jernih. Semua bukan salahmu, kita hanya perlu waktu untuk memahami — yang entah sampai kapan.

--

--

Zee
Zee

Written by Zee

I captured each moment through the art of writing

Responses (1)