Selamat malam ini, diiringi suara alunan takbir pada malam hari raya idul adha.
Tentu, hati kalian sedang tidak baik-baik saja bahkan sejak membaca frasa kalimat pertama.
Tapi, aku tau kalian bukan manusia biasa yang menjalani hidup dengan biasa-biasa.
Bagi kalian, pada apa-apa yang telah kita sepakati — hidup lebih dari sekedar hidup, menghidupi, terhidupi, kembali redup, kemudian padam, sampai menyalakan kembali hidupnya.
Hampir setahun bukan waktu yang mudah untuk bisa berjelajah atas pikiran sendiri, raga sendiri, kekalutan sendiri.
Kita juga telah sepakati bahwa hidup lebih dari apa yang kita ketahui — terlalu banyak hal yang memainkan perannya, sampai kita lupa;
apa peran dan memerani yang empunya?
Dan tentunya kalian lebih dari apa yang kalian takutkan, energi kalian begitu kuat — setidaknya aku yang merasa.
Walaupun apa yang aku rasakan tidak memberi arti apa-apa, masih ada ribuan hal yang tidak kita ketahui — seperti yang telah disepakati.
Kalau memainkan peran itu mudah, tentu kalian akan menjadi yang biasa-biasa.
Tapi apa maksud bukan yang biasa?
Kita paham hari ini berperan untuk menghidupi, mencukupi apa yang masih terasa keringnya — terbasuh perlahan.
Ini bukan konsonan hiburan, walaupun kalian butuh liburan.
Tapi, hari ini apa yang sudah Tuhan turunkan lewat tulisan yang kita masih coba pahami — ia memanggil ingin didekap, malam ini juga.
Bukankah merapal doa adalah senjata yang kalau hampir lepas kendali — ia secepat kilat memainkan perannya.
Aku sayang,
Tapi bohong.
Jadi maafkan — apa-apa yang belum kita beri damainya.
Setidaknya kita mencoba hari ini.
Jangan kebanyakan angin ya, nanti banyak kentut.