Pahami

Zee
1 min readNov 16, 2019

--

Egois.

Ternyata masih egois, ya.

Egois dalam memahami titik temu kisah cerita. Terlalu membawa apa yang seolah sudah diyakini, tanpa memerdulikan bagaimana dengan perasaan lain yang juga terlibat?
Mungkin sesaat, waktu keyakinan sudah datang.
Malah menghadirkan keraguan tanpa alasan pasti.
Malah menuliskan narasi indah untuk masa lalu yang seharusnya tidak terjadi.
Tapi, masih saja berusaha menjelaskan dengan ngotot-nya bahwa itu bukan apa-apa, hanya sekedar tulisan mengenang.

Lupa.

Tidak semua keraguan akan hilang hanya melalui kata-kata penuh keyakinan.

Saling menjadi tidak yakin, saat itu menjadi perdebatan tiada titik tengah pun jua penyelesaian.

Sabar.

Pilihan yang saat itu dipilih, hanya demi hati yang masih sulit diajak toleransi.

Maunya apa?

Titik puncaknya mulai memanas.

Hampir membakar, namun hati yang baik akan selalu mampu mendinginkan demi mengalahkan ego.

Saat kalut, memilih menyalahkan diri sendiri.

Namun, masih saja diberi pemahaman bahwa memang tidak pernah ada penjelasan.

Ceroboh.

Pemahaman mengarah pada kata yang padahal hanya sebuah pra-duga.

Mengapa?

Baru berani menunjukkan hasil kelentikan jemari di atas secarik kertas.

Tertegun.

Membaca bait demi bait dengan penuh kekacauan.

Bulir itu keluar (lagi).

Berhasil membuat bergetir.

Memori.

Membukanya kembali.

Mencoba memahami.

Semoga ini tidak terlambat.

Lembaran kemarin sudah terlanjur menjadi kepingan.

Judul.

Waktu; hanya butuh ini.

Siapa sangka judulnya akan sama?

Tapi tidak heran, karena memang pada perasaan yang sama.

Semoga nanti waktu mampu kembali menjelaskan.

Sama-sama paham semoga bisa selalu menjadi saling.

Lekas pulih jiwa-jiwa bergetir ini.

Simbol yang semoga mampu menjelaskan maknanya.

Masih egois, ya? hehe.

Semoga bisa selalu sabar.

-dalam keadaan ngantuk narasi ini hadir-

Selamat tidur.

--

--

Zee
Zee

Written by Zee

I captured each moment through the art of writing

No responses yet